Sabtu, 23 April 2011

Pengembangan Akhlak Islami di Lingkungan Masyarakat

Dalam mengembangkan akhlak islami di lingkungan masyarakat, tidak terlepas dari menumbuhkan kesalehan social yang diawali dengan menumbuhkan kesalehan individu terlebih dahulu.Untuk itu,kita harus memiliki ilmu agama yang akan mengantarkan kita pada pengetahuan, pemahaman, dan pengertian yang benar.Itulah salah satu alasan diturunkannya surah al-alaq ayat 1-5 yang berarti:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmula Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”Dengan membaca, akan membuka pintu wawasan ilmu yang luas.Sebagai seorang mukmin, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.Setelah tahu ilmunya, faham artinya, mengerti tujuannya kita diwajibkan untuk mengaplikasikannya dalam sikap dan perbuatan yang mencerminkan keshalehan.
Segala bentuk keshalehan akhlak yang kita upayakan juga perlu dipupuk.Layaknya tumbuhan yang jika tidak dipupuk, disiram, dan dirawat secara teratur akan layu dan mati.Begitu pulalah dengan akhlak islami yang ingin kita kembangkan menjadi suatu bentuk keshalehan social.Kesalehan ini adalah buah dari proses pembelajaran dan penerapan yang kontinyuitas.Hingga akhlak tersebut dapat mengakar pada jiwa.
Akhlak ataupun pribadi yang baik merupakan modal awal untuk menebarkan benih-benih kebaikan di lingkungan sekitar.Kebaikan dan kesalehan yang telah dipupuk semenjak awal terbentuknya akan memancarkan sejuta kearifan bagi masyarakat luas.Tentunya akhlak islami itu sendiri harus menjadi sebuah prinsip atau komitmen yang diyakini.Apabila terdapat silang pendapat dengan pandangan orang lain, dengan komitmen inilah kita dapat mempertahankan apa yang kita yakini dengan memberikan argument sebagai pembelaan pada kebenaran.
Sebuah argument yang kita utarakan merupakan cara untuk mengembangan akhlak islami bagani orang-orang yang mendengarkannya, bahkan bagi siapapun yang berusaha membantahnya.Rasulullah SAW menggunakan metode ini dalam menghadapi kaum kafir Quraisy yang menolak secara terang-terangan ajaran Islam.Dengan sebuah argumentasi, orang dapat merubah pandangannya pada suatu hal dengan cepat.apalagi jika disampaikan dengan persuasive dan provokatif.
Da’wah islam tidak akan berkembang, apabila penda’inya kurang memiliki citra di mata mad’u (objek da’wah).Karena itulah, seorang da’i juga harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.Setelah memiliki kemampuan tersebut, yang harus dikembangkan berikutnya adalah proses pendekatan mad’u.Ada beberapa macam metode pendekatan ,di antaranya:
1. Pendekatan Ma’rifi:
Pendekatan ma’rifi merupakan pendekatan yang cenderung menggunakan aspek nalar ( kognitive). Hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan ma’rifi ini di dalam al-Quran terdapat ayat ayat yang seringkali diikuti oleh redaksi kata yang menggunakan akar kata aql(ratio; akal) dan juga menggunakan kata tafakkur(thinking, cogitation; renungan)yang berakar dari kata fikr (fikrah, nalar).

Tujuan dari pendekatan ma’rifi ialah pendidik harus benar-benar mampu membedakan obyek yang aqli dan obyek yang fikri. Pendekatan aqli sering kali digunakan untuk hal-hal yang bersifat eksak sedangkan fikri (tafakkur) seringkali digunakan untuk masalah-masalah yang memerlukan penalaran atau perenungan.

2. Pendekatan Istiqra’i (induksi)
Pendekatan istiqra’i adalah pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah, dimulai dari hal-hal atau peristiwa yang khusus untuk menentukan hukum yang bersifat umum. Dalam hal ini seorang da’i banyak memberikan contoh dari Al-Qur’an terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan pada rangkaian ayat guna mengambil kesimpulan.Dimulai dari memperhatikan bagaimana unta diciptakan, kemudian langit, gunung,dan bumi menjadi hamparan.Setelah memperhatikan bagian fenomena-fenomena alam kemudian diharapkan akan muncul kesadaran yang mampu membuat kesimpulan bahwa yang maha agung lagi besar dan menciptakan seluruh alam semesta adalah Allah.
3. Pendekatan Wijdaniy (emosi)
Pendekatan Wijdaniy adalah pendekatan yang dilakukan untuk menggugah daya rasa atau emosi peserta didik agar mampu meyakini, memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Pendekatan ini seringkali digunakan agar mampu meyakini, memahami dan menghayati agamanya. Di dalam al-Qur’an pada surat al-Anfaal, ayat: 2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (8:2).

Dari surat al-Anfaal di atas menunjukkan bahwa aspek emosi memiliki daya tangkap atau pengaruh yang besar terhadap fenomena yang muncul dari luar diri seseorang, dari yang didengar maupun yang dilihat, kemudian merasuk ke dalam jiwanya. Dicontohkan oleh ayat tersebut di atas bahwa seorang mukmin apabila di sebut nama Allah maka hatinya menjadi bergetar dan jika dibacakan ayat-ayat –Nya rasa imannya semakin bertambah serta menumbuhkan sikap tawakkal.

4. Pendekatan Ifrady (individual).
Pendekatan ifrady adalah pendekatan yang dilakukan untuk memberikan perhatian kepada seseorang dengan memperhatikan masing-masing karakter yang ada pada mereka. Mereka berperilaku dalam belajar,mengemukakan pendapat,berpakaian, daya serap, kecerdasan dan sebagainya memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda (92 : 4).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa prilaku dan karakter setiap orang berbeda-beda dan masing-masing memiliki kelebihan atas yang lain. Bagi seorang pendidik hendaknya memahami dan menyadari perbedaan tersebut sehingga mampu berbuat yang terbaik untuk objek dakwahnya.
Cara yang paling efektik selama mengamalkan pendekatan personal ini ialah pendekatan secara santun, sehingga objek dakwah merasa dekat dan akrab. Sesekali berdialog ringan, apalagi ada sempel fakta betapa indahnya mereka yang berakhlak mulia.Hindari mencelanya .
Da'wah ini tidak akan bertahan lama jika hanya mengandalkan metode pendekatan, tetapi harus melangkah ke tahap "adzikru daaimaan" yaitu saling mengingatkan dalam kebaikan.Kita dapat memanfaatkan kemajuan tekhnologi dalam menyebarkan pesan-pesan islami yang bersumber dari Al-Qur'an atau hadits.Media informasi pun telah dilengkapi dengan jejaring sosial yang dapat membantu tumbuh kembang dakwah karena bisa merekrut masa lebih besar.Islam sejatinya tidak perlu memandang pihak mana yang merancang program tersebut, tetapi bagaimana kita sebagai generasi penerus dapat memanfaatkan segala produk tekhnologi yang ada demi pengembangan akhlak.
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, akhlak ialah sifat yang mengakar dalam jiwa dan melahirkan suatu kebiasaan.Kebiasaan itulah yang akan membawa seseorang kepada kondisi yang lebih baik akhlaknya dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, lingkungan hidupnya, dan Tuhannya.Apabila setiap individu telah mengalami pembiasaan dalam melaksanakan ibadah, maka secara bertahap, ia akan menjalankan ibadah kepada Tuhannya karena kebutuhan seperti yang dilakukan oleh generasi sohaabiyah terdahulu.Atas izinNya.
Setelah semua metode diupayakan, seorang da'i harus memiliki kekuatan untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.Menyerahkan semua hasil di tangan Allah Swt.Menyeru dalam kebaikan telah menjadi tugas semua mukmin kepada saudaranya.Allah Swt hanya meminta kita bekerja dan bekerja.Pada akhirnya Dia lah yang berhak menetukan siapa yang pantas mendapatkan hidayahNya.
Allah telah memerintahkan Rasulullah Saw untuk menyampaikan wahyu-Nya, dan beliau menjadi suri teladan yang menjadi panutan umat.Maka sebenarnya tidak ada bagi manusia sesudahnya untuk tidak menirunya, atau enggan mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dengannya.Barang siapa yang menyimpang dari contoh yang diteladankan itu, maka ia harus meluruskan dan menghentikan perbuatan itu.Jika penyimpangan tidak dicegah, maka ia akan semakin bertambah besar dan menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan.Sama seperti kondisi umat di masa ini.Oleh karena itu, setiap orang harus melaksanakan perintah ini tanpa ragu-ragu, saling bahu-membahu dengan saudaranya untuk menumpas kejahatan sampai ke akar-akarnya.Setiap kajian-kajian ilmu yang telah terlaksana secara rutin, hendaknya memiliki peninjauan yang lebih lanjut disertai dengan aplikasi yang senantiasa dilatih bersama.Jadi bukan hanya sekedar kajian yang setelah usai tidak berpengaruh terhadap perbaikan jiwa.Masyarakat harus lebih mendayagunakan amaliah setelah mendapatkan teori-teori ilmiah seputar agama yang ini bisa terlaksana apabila sekolah-sekolah maupun lingkungan kerja yang menjadi subjek dalam penerapan akhlak.Dengan demikian kita akan menemukan masyarakat yang bersih, kuat, dan baik bangunannya, mempunyai cita-cita tinggi dan mulia, serta teguh iman.


DAFTAR PUSTAKA

• A.Fillah, Salim. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim. Yogyakarta : Pro-U Media. 2007
• Al-Qardhawy, Yusuf Dr. Anatomi Masyarakat Islam. Jakarta: Pustaka AlKautsar.1999.
• Hardian, Novi. Super Mentoring. Bandung: Syamil.2007
• Ibrahim Syaqrah, Muhammad. Cara Praktis Memajukan Islam. Jakarta : Gema Insani Press.1993.
• Nasution, Harun. Perkembangan Modern Dalam Islam.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 1985.
• Quthb , Sayyid. Petunjuk Jalan(Ma'alim FiThoriq). Jakarta : Gema Insani Press.2001.
• http:///www.blogspot-tutorial.org/2010/0729.html.
• http:///www.blogspot.org/2010/0212/com.html.
• http:///www.wordpress.com.weblog/2011/0104/html.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar