Selasa, 26 April 2011

PREDIKSI SOL-SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) MATA KULIAH TAFSIR

1. Sebutkan dan jelaskan makna nama-nama surat Al-Fatihah yang anda ketahui!
• Al-Fatihah: (pembuka) karena ia terletak di awal Alquran, sebagai surat pertama dalam susunan Mushhaf Alquran
• Ummul-Qur’an :karena kandungan ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah mencakup kandungan tema-tema pokok semua ayat yang ada dalam keseluruhan Alquran.
• Al-Sab’ al-Matsani: . Pertama, karena ia merupakan satu-satunya surat yang paling banyak diualng-ulang dalam membacanya, terutama dalam shalat. Paling tidak, setiap muslim harus membacanya 17 kali dalam 17 rakaat shalat fardhu. Kedua, penamaan dengan Al-Sab’ al-Matsani karena ayat-ayat dalam surat Al-Fatihah ini dulang-ulang lagi penyebutannya pada surat-surat yang lain dalam Alquran.
2. Berdasarkan ayat فإذا قرأت القرآن فاستعذ بالله من الشيطان الرجيم (النحل: 98) jelaskan:
- Hukum membaca Ta’awwudz
hukumnya wajib. Namun, menurut pendapat jumhurul ulama, perintah membaca ta’awudz pada ayat di atas hukumnya sunnah pada setiap kali akan membaca Alquran di luar shalat. Sedangkan membaca ta’awwudz sebelum Al-Fatihah di dalam shalat masih diperselisihkan oleh para ulama Di antaranya:
1. Menurut Imam ‘Atha’ hukumnya wajib, baik di luar shalat maupun di dalamnya; sedangkan ulama yang lain mengatakan tidak wajib. Ada beberapa alasan yang dikemukan Imam ‘Atha’:
Pertama karena Nabi selalu membacanya setiap kali akan membaca Alquran; Kedua, bentuk fi’il amr (فاستعذ) pada surat An-Nahl ayat 98 mengandung makna wajib; Ketiga, tujuan membaca ta’awwudz adalah untuk menghidari gangguan setan, dan hal ini adalah wajib. Karena itu membaca ta’awwudz menjadi wajib. Keempat, membaca ta’awwudz merupakan bentuk kehati-hatian (Ihthiyath). Sedangkan berhati-hati itu adalah wajib.
2. Ibnu Sirin dan An-Nakha’i, serta beberapa ulama lainnya membaca ta’awwudz pada setiap raka’at dalam shalat. Hal ini mengikuti bentuk umum perintah membaca ta’awwudz pada ayat di atas. Namun menurut Ibnu Sirin, apabila seseorang membaca ta’awwudz satu kali saja seumur hidupnya maka gugurlah kewajibannya dalam membaca ta’awwudz.
3. Imam Abu Hanifah dan Imam asy-Syafi’i hanya membaca ta’awwudz sebelum Al-Fatihah pada raka’at pertama saja dalam shalat. Karena menurutnya, bacaan ayat-ayat Alquran dalam satu shalat merupakan satu kesatuan bacaan.
4. Imam Malik tidak membaca ta’awwudz sebelum Al-Fatihah dalam shalat fardhu. Beliau hanya membacanya dalam shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan.
- Waktu membaca Ta’awwudz
Berdasarkan pada surat an-Nahl: 98, isti’adzah harus dibaca setelah membaca Alquran. menurut pendapat Jumhurul ‘Ulama, bahwa isti’adzah dibaca sebelum membaca Alquran. Pandangan ini sejalan dengan tujuan perintah bacaan isti’adzah, yaitu untuk melindungi diri dari gangguan setan. Sedangkan gangguan setan seringkali merasuki orang yang sedang beribadah (ketika membaca Alquran). Oleh sebab itu, selayaknya isti’adzah dibaca sebelum membaca Alquran. Sebagaimana dapat dipahami dari surat Al-A’raf ayat 200 dan surat Fushshilat ayat 36.
3. Jelaskan perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang kedudukan basmalah dalam surat Al-Fatihah, Apakah ia merupakan bagian dari surat Al-Fatihah atau bukan?
Kelompok I: menyatakan, bahwa basmalah merupakan bagian dari surat Al-Fatihah dan surat-surat lainnya dalam Alquran. Hal ini didasarkan pada alasan-alasan sebagai berikut:
a. Dalam mushaf Alquran yang ditulis pada masa Abu Bakar terdapat lafazh basmalah pada setiap awal suratnya. Sementara penulisan tersebut didasarkan pada tulisan-tulisan yang ditulis pada masa Rasulullah dan diperkuat dengan hafalan para sahabat. Hal yang demikian ini mengisyaratkan, bahwa pada masa Rasul pun tulisan surat-surat tersebut, termasuk surat Al-Fatihah, diawali dengan basmalah.
Jika pembubuhan basmalah pada masa Rasul itu dianggap sebagai inisiatif para sahabat, hal ini tidak dapat diterima. Sebab, Rasulullah sendiri melarang para sahabatnya menulis sesuatu selain Alquran, dengan sabdanya: لاتكتبوا عنّي غير القرآن. ومن يكتب عني غير القرآن فليمحـه (Jangan kau tulis apa yang kau dengar dariku selain Alquran. Barang siapa yang menulis sesuatu dariku selain Alquran, maka hapuskanlah).
Oleh sebab itu, lafazh آمـين , walaupun Nabi menganjurkan untuk membacanya setelah ولا الضالين, namun tetap tidak dituliskan pada mushaf, karena ia bukan bagian dari surat Al-Fatihan..

Kelompok II: menyatakan, bahwa Basmalah merupakan ayat yang berdiri sendiri, diturunkan untuk menandai pangkal surat dan pemisah antara surat yang satu dengan yang lain dalam Alquran. Ia bukan bagian dari surat yang mengikutinya, demikian juga ia bukan bagian dari surat Al-Fatihah. Karena itu, menurut Imam Malik, tidak sepatutnya dibaca dalam sholat, baik dengan bacaan pelan (sirr) maupun keras (jahr). Alasan yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut:

a. Hadits dari Anas:
حديث عن أنس قال: صليت خلف النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان، وكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين لا يذكرون بسم الله الرحمن الرحيم في أول قراءة ولا آخرها. (رواه البخاري و مسلم)
Artinya:
Dari Anas, ia berkata: Aku shalat di belakang Rasulullah Saw. bersama Abu Bakar, Umar dan Utsman; mereka memulai (bacaan shalatnya) dengan Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. (Dalam redaksi yang dikeluarkan Imam Muslim ditambahkan,) Mereka tidak menyebutkan Bismillahirrahmanirrahim, baik di awal maupun di akhir bacaannya. [H.R. Bukhari & Muslim]. Lihat Tafsir-tafsir Al-Maraghy, Al-Manar dan Al-Baidhawy.
b. Hadits dari ‘Aisyah:
عن عائشة رضي الله عنها قالت: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفتتح الصلاة بالتكبير والقراءة بالحمد لله رب العالمين . (رواه مسلم)
Artinya:
Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata: “Rasulullah Saw. memulai shalatnya dengan takbir [al-ihram] dan bacaan Alhamdu lillahi rabbil ‘alamin. [H. R. Muslim]
Kelompok III: Imam Hamzah (Ahli Qiraat dari Kufah) berpendapat, bahwa basmalah hanya merupakan bagian dari surt Al-Fatihah; sementara untuk surat-surat yang lain basmalah tidak termasuk bagian dari surat tersebut. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Menurut anda, pendapat manakah yang lebih dapat diterima? Jelaskan alasan anda!
Saya cenderung pada jawaban yang kedua.Basmallah wajib ditulis diawal surat sebagai tanda surat baru,tanpa terkecuali pada al-fatihah.
4. Jelaskan pengertian الحمد dan perbedaannya dengan المدح، الثناء، الشكر
حَمْدُ berarti pujian (sanjungan) untuk suatu perbuatan baik yang bersumber dari pelakunya sendiri, dengan pilihannya sendiri. Baik pujian tersebut menguntungkan si pemuji maupun tidak.
Kata syukur (شُكْرٌ) juga merupakan pujian (sanjungan); namun sanjungan (pujian) tersebut diberikan kepada terpuji karena adanya sesuatu (nikmat) yang diterima oleh si pemuji.
المدح، الثناء merupakan suatu bentuk penghargaan atas perbuatan seseorang yang dapat berupa sanjungan(jika teerpuji)dan celaan (jika tercela)
5. Jelaskan perbedaan pengertian lafal الله، إلــه ، ربّ
• kalangan ulama yang berpendapat bahwa lafal Allah adalah isim jamid, berpandangan bahwa kata tersebut tidak terambil dari suatu kata tertentu dalam bahasa Arab, melainkan Ia adalah nama bagi suatu dzat yang wajib wujud-Nya, Pencipta alam semesta ini.
• ulama yang berpandangan bahwa lafal Allah adalah isim Musytaq berpendapat bahwa lafal yang mulia (jalalah) ini berasal dari Ilāh (الـــه) yang berarti tuhan, mendapat tambahan alif dan lam (ال); sehingga menjadi الالـــه (dibaca al-Ilāh). Kemudian huruf hamzah yang terletak di antara dua huruf lam dihilangkan maka menjadi الله.
• kata رَبّ (pendidik/pemelihara), yang berarti bahwa sesuatu yang memerlukan pemeliharaan adalah sesuatu yang memiliki kehidupan.
6. Sebutkan dan jelaskan dua bentuk pendidikan yang diberikan Allah kepada manusia, sebagai penafsiran lafal ربّ العالمين
• pertama, pendidikan dalam bentuk penciptaan (tarbiyyah khalqiyyah); yaitu menumbuhkembangkan fisik manusia, mulai dari janin, menjadi bayi, menjadi anak-anak, menjadi remaja, dewasa bahkan sampai tua. Selain memelihara pertumbuhan fisik, dalam tarbiyyah khalqiyyah juga disertai pemeliharaan perkembangan jiwa dan akal manusia.
• Kedua, pendidikan dalam bentuk pengajaran agama yang diberikan Allah melalui para rasul-Nya.Dengan sifat Allah sebagai pemelihara seluruh alam, maka sangatlah layak menempatkan-Nya sebagai satu-satunya Dzat yang berhak dipuji.
7. Jelaskan perbedaan makna lafal الرحمن dengan الرحيم
Allah memiliki sifat Maha Pengasih kepada seluruh hamba-Nya, tanpa pilih kasih, dan Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin. Kedua sifat ini memperkokoh keberadaan Allah sebagai satu-stunya Dzat yang layak dipuji.
8. Jelaskan perbedaan qiraat pada ayat ملك يوم الدين dan perbedaan maknanya.
Sebagian ahli qiraat membaca lafal ملك dengan memanjangkan huruf mim, sehingga terbaca مَالِكِ . Mereka adalah Imam ‘Ashim (yang qiraatnya dipraktekkan oleh sebagian besar umat Islam di dunia, termasuk Indonesia), Imam Al-Kisa’i, dan Imam Ya’qub. Sedangkan ahli qiraat yang lain, selain dari ketiga imam qiraat tersebut membacanya dengan memendekkan huruf mim (tanpa alif), Jika dibaca مَالِكِ, maka artinya Tuhan sebagai pemilik ( ذُو الْمِلْكِ ). Sedangkan kalau dibaca مَلِكِ maka artinya Tuhan sebagai penguasa/raja( ( ذُو مَلِكِ
9. Jika Allah memiliki sifat ملك يوم الدين (Penguasa pada Hari Pembalasan), apakah kekuasaan-Nya Mutlak atau terbatas? Jelaskan perbedaan pendapat kaum Asy’ariyah dan Mu’tazilah dalam hal ini.!
jika kata مالك (pemilik) disandangkan kepada manusia, maka kadangkala manusia tidak berkuasa terhadap sesuatu yang dimilikinya. Akan tetapi, jika kata مالك disandangkan kepada Tuhan, maka maknanya sekaligus juga menyandang kata ملك (Raja). Karena Tuhan sebagai Pemilik tentunya memiliki kekuasaan penuh terhadap apa yang dimiliki-Nya.Pendapat mufassir yang lain mengatakan sebaliknya, kata ملك lebih mumpuni sebagai sifat Allah. Karena kata ini mengandung dua makna sekaligus, penguasa dan pemilik. Sedangkan kata مالك hanya mengandung arti memiliki yang belum tentu menguasai. Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu al-Hishar. Terlepas dari kontroversi kedua pendapat tersebut, jika kata مالك/ ملك disandarkan (dimudhafkan) pada kata يوم الدين maka sifat Allah sebagai Pemilik/Penguasa hari pembalasan, mengandung arti bahwa manusia sebagai obyek pembalasan/ganjaran akan dibedakan antara yang berbuat baik dan yang berbuat buruk; dan antara yang thaat dengan yang ingkar/ma’shiat. Pembedaan terhadap dua kelompok manusia ini tentu didasarkan atas keadilan-Nya. Karena tidak mungkin Tuhan berbuat zhalim terhadap hamba-Nya.
10. Jelaskan pengertian ibadah dalam penggalan ayat إياك نعبد
Ketundukan yang muncul atas dasar kesadaran jiwa tentang keagungan Dzat yang ditunduki; disertai keyakinan, bahwa Dia memiliki kekuasaan yang hakekatnya tidak terjangkau oleh pikiran manusia, karena Dia terlalu jauh untuk dijangkau.
11. Jelaskan pendapat Al-Maraghy tentang Shalat sebagai salah satu contoh Ibadah.
12. Sebutkan dan jelaskan Macam-macam Hidayah yng diberikan Allah kepada manusia.
(1) Naluri/bawaan sejak lahir, seperti kemampuan bayi untuk menyatakan haus melalui tangisannya; (2) Pancaindra, sebagai penyempurna instink. Kedua hidayah ini dimiliki oleh manusia dan hewan; (3) Akal, hidayah ini hanya dimiliki oleh manusia sebagai potensi untuk dapat hidup bermasyarakat; (4) Agama, hidayah ini diberikan untuk mengarahkan fungsi akal agar tidak dikendalikan oleh nafsu.
13. Jelaskan, Siapa yang dimaksud dengan، الضالّين الذين أنعمت عليهم، المغضوب عليهم
yaitu orang-orang yang sudah menerima kebenaran, namun mereka menolaknya karena fanatik terhadap ajaran nenek-moyangnya.Seperti orang-orang Yahudi. yaitu orang yang tidak mengenal kebenaran; baik karena kebenaran itu belum sampai kepada mereka, maupun karena penyampaiannya tidak jelas.

14. Jelaskan isi kandungan ayat berikut ini dalam kaitannya dengan masalah ketuhanan !
هو الله الذي لاإله إلاهو عالم الغيب و الشهادة هو الرحمن الرحيم . هو الله الذي لاإله إلاهو الملك القدّوس الســـلام المؤمن المهيمن العزيز الجبار المتكبر سبحان الله عما يشركون

15. Sebutkan dan jelaskan sifat-sifat Tuhan yang terkandung dalam ayat tersebut!
• tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata
• yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan
• yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
16. Ayat di atas (Al-Hasyr: 22 – 23) ditutup dengan kalimat سبحان الله عما يشركون . Jelaskan munasabah (keterkaitan) penutup ayat tersebut dengan isi kandungan ayatnya!
Allah menegaskan kpd manusia agar tidak mempersekutukanNya dgn apa yang ditafsirkan manusia pd benaknya scr fisik.
كان الناس أمــة واحدة فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين وأنزل معهم الكتاب بالحقّ ليحكم بين الناس فيما اختلفوا فيه وما اختلف فيه إلاالذين أوتوه من بعد ما جاءتهم البينات بغيا بينهم فهدى الله الذين آمنوا لما اختلفوا فيــه من الحقّ بإذنــه والله يهدي من يشــاء إلى صراط مستقــــيم. (البقرة/2: 213)
17. Jelaskan isi kandungan ayat di atas dalam kaitannya dengan fungsi nabi/rasul dan Kitab Suci yang dibawanya!
Manusia sejak dahulu adalah ummat yang satu dalam kepercayaan tauhid, tetapi setelah itu tidak lagi demikian, karena mereka berselisih.Allah menciptakan mereka sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan.Tetapi manusia tidak mengetahui sepenuhnya,bagaimana mengatur hubungan antar mereka, atau bagaimana menyelesaikan perselisihan mereka. Di sisi lain, manusia memiliki sifat egoisme yang dapat muncul sewaktu-waktu, sehingga dapat menimbulkan perselisihan. Karena itu, Allah mengutus nabi-nabi untuk menjelaskan ketentuan-ketentuan Allah dan menyampaikan petunjuk-Nya sambil menugaskan para nabi itu menjadi pemberi kabar gembira bagi yang mengikuti petunjuk itu dan pemberi peringatan (bagi yang enggan mengikuti). Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar.Walaupun penggalan ayat yang lalu menunjuk diutusnya banyak nabi, namun kata “kitab” dikemukakan dalam bentuk tunggal, bukan jamak. Ini karena prinsip-prinsip ajaran Ilahi yang dibawa oleh nabi-nabi itu, serta yang tercantum dalam kitab-kitab yang diturunkan, pada hakikatnya sama, sehingga ia seakan-akan hanya satu kitab. Semua nabi membawa ajaran Tauhid, kepercayaan akan adanya kiamat, malaikat, diutusnya para rasul yang mengajarkan shalat, puasa, zakat, haji dan menganjurkan kebaikan serta mencegah kemungkaran. Kitab tersebut diturunkan bersama mereka agar Allah atau para nabi melalui kitab itu memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.

18. Jelaskan pengertian kata-kata yang digarisbawahi dari ayat di atas!

19. Dalam menafsirkan ayat di atas (Al-Baqarah: 213), sebagian ahli tafsir menyisipkan kata فَاخْتَلَفُوْا di antara kata أمة واحدة dengan kata فبعث . Jelaskan, apa alasan mereka menyisipkan kata tersebut?
Sebagai bukti bahwa Al-qur'an diturunkan Untuk menegakkan hukum atas apa yang diperselisihkan manusia.Karena manusia tidak akn prnh lepas dr pertikaian /prselisihan akibat prbedaan yg tlh mjd fitrahnya.
20. Jelaskan makna yang terkandung dalam penggalan ayat والله يهدى من يشآء إلى صراط مستقيم menurut versi kaum Mu’tazilah dan As’yariyah!
Versi kaum mu'tazilah: mengartikan man yasya' dengan bagi siapa yang menghendaki.Menurutnya yang sll mengedepankan rasionalitas dlm tiap penafsiran beranggapan bahwa petunjuk tdk datang atas kehendak Allah,krn pada hakikatnya petunjuk itu tlh ada.Petunjuk akan kebesarn Allah jls trlihat dr sgl nikmat yg ada pada di manusia.Tinggal manusia berkenan atau tidak untuk mencarinya.
Versi Asy-Ariah:kelompok yg memiliki pandangan bahwa segala sesuatu adl mutlak kehendak Allah ini,menafsirkan "Allah akan member petunjuk bagi orang yang dikehendakinya."karena kuasa atas segala sesuatu adalah mutlak kepunyaan Allah,karena itu hanya Allah yang berhak menentukan siapa yang ia kehendaki hidayah.
Penciptaan Manusia:
ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين. ثمّ جعلنــه نطفة فى قرار مكـــين. ثمّ خلقنا النطفة علقة فخ لقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظامافكسونا العظام لحماثمّ أنشأنــه خلقا آخرفتبارك الله أحسن الخــلقين.
21. Jelaskan pengertian kata-kata نطفة، علقة، مضغة، عظام، لحم، خلق آخر pada ayat di atas!
Nuthfah:setetes yang dapat membasahi
Alaqoh: menempel(sesuatu yang menempel di rahim)
Mudhgah:Membungkus (daging yang membungkus tulang)
Idzom:tulang
Lahma:daging
Khalqan akhor: makhluk lain(mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kpd mnusia yang menjadikan ia berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Gorilla atau orang utan, memiliki organ yang sama dengan manusia. Tetapi ia berbeda dengan manusia, karena Allah telah menganugerahkan makhluk ini ruh ciptaan-Nya yang tidak Dia anugerahkan kepada siapa pun kendati kepada malaikat)
22. Jelaskan isi kandungan ayat di atas dalam kaitannya dengan proses kejadian manusia.
ayat-ayat di atas menjelaskan proses kejadian manusia. Uraian tentang proses tersebut yang demikian mengagumkan membuktikan perlunya beriman dan tunduk kepada Allah Sang Pencipta, serta keharusan mengikuti jejak orang-orang mukmin yang disebut pada ayat-ayat kelompok pertama. Hal itulah yang dapat mengantar manusia mencapai kesempurnaan bidup duniawi dan ukhrawi
23. Dalam Alquran, manusia kadangkala diungkapkan dengan kata: الانسان, الناس, البشر, بني آدم Jelaskan perbedaan makna ungkapan-ungkapan tersebut!
Insan: Manusia secara utuh terdiri dari fisik+psikis
Naas: Manusia sebagai makhluk sosial
Basyar:Manusia sebagai makhluk biologis (lebih mengutamakn fisik)
Bani Adam: manusia sebagai makhluk yang berkembang biak (brketurunan)
24. Jelaskan munasabah (keterkaitan) antara penutup ayat, فتبارك الله أحسن الخــلقين dengan isi kandungan ayatnya!
• Kata ( تبارك) tabaraka terambil dan kata ( بركة) barakah yang bcrmakna “sesuatu yang mantap”. Ia juga berarti “kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung”. Kolam dinamai birkah, karena air yang ditampung dalam kolam itu menetap mantap di dalamnya tidak tercecer ke mana-mana.Keberkatan Ilahi datang dari arah yang sering kali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur. Dari sini segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai berkah. Demikian ar-Râghib al-Ashfahani. Rujuklah ke uraian penulis pada QS. alAn’âm/6: 92 untuk memahami lebih banyak tentang arti keberkahan.
Kata (الخالقين) al-khaliqiin adalah bentuk jamak dari kata ( خالق) khaliq. Bentuk jamak tersebut mengisyaratkan bahwa ada khaliq selain Allah, tetapi Allah adalah yang terbaik. Jika kata tersebut dipaharni dalam arti mengukur, maka cukup jelas penggunaan bentuk jamak ini, karena harus diakui bahwa sekian banyak orang yang mengukur, katakanlah mengukur kain, atau tanah, Allah adalah sebaik-baik khaliq, karena Dia yang mengukur kadar-kadar dengan sangat teliti, rapih dan serasi, sehingga semua makhluk antara lain manusia yang merupakan makhluk Allah yang untuknya diciptakan segala apa yang di langit dan di bumi dapat hidup nyaman. Khaliq atau pengukur yang lain, hanya mengukur hal-hal sederhana. Selanjutnya kalau kata khaliq dipahami dalam anti pencipta, maka dapat dipahami juga adanya pencipta selain Allah. Katakanlah orang tua ikut terlibat dalam penciptaan anaknya, karena mereka dijadikan perantara untuk penciptaan itu. Namun Allah yang terbaik karena Dialah yang mencipta penantara itu, dan Dia juga yang menentukan keberhasilannya memperoleh anak, serta Dia pula yang menyediakan sarana buat kehidupan ciptaan itu.
Ayat 15-16 mengalihkan redaksinya menjadi persona kedua (kamit) setelah sebelumnya pada ayat-ayat yang lalu merupakan persona ketiga. Ini bertujuan menekankan dan mengingatkan semua pihak, terutama mereka yang ragu atau lengah bahwa kehidupan di pentas bumi ini tidak langgeng, tetapi dia pasti disusul dengan kematian. Dan kematian itu juga bukan akhir perjalanan manusia, karena setelah kematian masih ada kehidupan baru, yang ditentukan setelah melalui pengadilan Ilahi di hari Kemudian nanti.

Sabtu, 23 April 2011

seni mendengar

TIPS: Seni Mendengar & Cara Berkomunikasi yg Efektif!

"Teman... Mendengarlah dengan sabar, maka
kita akan menemukan banyak hikmah dari
yang disampaikan orang lain kepada kita"

Hari ini saya ingin menyuguhkan sebuah
artikel yg berhubungan dengan 'seni mendengar'.
Salam hangat selalu!
Ditulis oleh: Anne Ahira

Banyak orang bisa 'berkata', namun
sedikit yang mau 'mendengar'.

Padahal jika kita mau kembali ke hukum
alam, seharusnya kita harus lebih
banyak mendengar daripada bicara.
Bukankah Tuhan memberi kita dua
telinga dan hanya satu mulut? :-)

Begitupun jika kita saksikan pada bayi
yang baru lahir. Indra pendengaran
lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih
susah daripada berbicara?

Meski secara kasat mata mendengar
adalah hal yang gampang, namun nyatanya
banyak orang yang lebih suka
didengarkan daripada mendengarkan.
Mendengarkan merupakan bagian esensi
yang menentukan komunikasi efektif.
Tanpa kemampuan mendengar yang bagus,
biasanya akan muncul banyak masalah.

Yang sering terjadi, kita merasa bahwa
kitalah yang paling benar. Kita tidak
tertarik untuk mendengarkan opini yang
berbeda dan hanya tergantung pada cara
kita.

Selalu merasa benar, paling kompeten,
dan tidak pernah melakukan kesalahan.
Duh... malaikat kali! :-)

Jika kita selalu merasa bahwa diri kita
benar, dan cara kitalah yang paling
tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan.

Ide dan opini kita sangat sukar untuk
diubah jika fakta tidak mendukung
keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta
pun kita mungkin hanya akan sekedar
meliriknya saja.

Mungkin saat ini kita nyaman dengan
cara kita, tapi untuk jangka waktu yg
panjang, orang-orang akan menolak dan
membenci kita.

Jika kita mau mulai mendengarkan
orang lain, maka suatu saat kita akan
menyadari kesalahan kita. Jawaban
untuk mengatasi sifat ini adalah
mengasah skill mendengar aktif.

Mendengar tidak selalu dengan tutup
mulut, tapi juga melibatkan partisipasi
aktif kita. Mendengar yang baik bukan
berharap datangnya giliran berbicara.

Mendengar adalah komitmen untuk
memahami pembicaraan dan perasaan lawan
bicara kita. Ini juga sebagai bentuk
penghargaan bahwa apa yang orang lain
bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa
mengambil manfaat yang maksimal dari
pembicaraan tersebut.

Seni mendengar dapat membangun sebuah
relationship. Jika kita melakukannya
dengan baik, orang-orang akan tertarik
dengan kita dan interaksi kita akan
semakin harmonis.

Berikut teknik mudah yang dapat
dipraktekkan dengan sangat
wajar untuk menjadi seorang pendengar
yang baik :

1. Peliharalah kontak mata dengan baik.
Ini menunjukkan kepada lawan bicara
tentang keterbukaan dan kesungguhan
kita

2. Condongkan tubuh ke depan.
Ini menunjukkan ketertarikan kita
pada topik pembicaraan. Cara ini
juga akan mengingatkan kita untuk
memiliki sudat pandang yang lain,
yaitu tidak hanya fokus pada diri
kita.

3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang
butuh klarifikasi atau ada informasi
baru yang perlu kita selidiki dari
lawan bicara kita.

4. Buat selingan pembicaraan yang
menarik. Hal ini bisa membuat
percakapan lebih hidup dan tidak
monoton.

5. Cuplik atau ulang beberapa kata
yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang
mendengarkan dengan baik hingga hapal
beberapa cuplikan kata.

6. Buatlah komitmen untuk memahami
apa yang ia katakan, meskipun kita tidak
suka atau marah. Dari sini kita akan
mengetahui nilai-nilai yang diterapkan
lawan bicara kita, yang mungkin berbeda
dengan nilai yang kita terapkan.

Dengan berusaha untuk memahami, bisa
jadi kita akan menemukan sudut pandang,
wawasan, persepsi atau kesadaran baru,
yang tidak terpikirkan oleh kita
sebelumnya.

Seorang pendengar yang baik sebenarnya
hampir sama menariknya dengan pembicara
yang baik. Jika kita selalu pada pola
yang benar untuk jangka waktu tertentu,
maka suatu saat kita akan merasakan
manfaatnya.

Prosesnya mungkin akan terasa lama dan
menjemukan, tapi lama-kelamaan akan
terasa berharganya upaya yang telah
kita lakukan. Kita akan merasa lebih
baik atas diri kita, hubungan kita,
teman-teman kita, anak-anak kita,
maupun pekerjaan.

Kesimpulan: Jadilah pendengar yang
baik, karena sifat ini bisa menjadi
kunci untuk mengembangkan pikiran
yang positif, dan merupakan salah satu
tangga untuk mencapai kesuksesan! :-)

INSPRING OTHERS

"BerBaurlah Tanpa LEbur"

"Teruslah Bergerak HINgga KELELAHAN itu lelah Mengejarmu"

"TEruslah Berlari HIngga Kebosanan Itu BOSan MengikUtimu"

"TeruSlaH BerJaLAn hingga KELETIHAN itu LelAh Bersamamu"

"TEruSlah BerTaHan hingga KEfuturan itu Futur Menemanimu"

"Teruslah berjaga hingga kELESUAN itu lesu Menyertaimu"


"Sahabat Sejati adalah orang Yang PAling mengakui Keberadaan
kita dan meyakini diri kita bahwa kita berpotensi untuk
selalu bahagia"

"Baik Tidaknya kehidupan Dan RiwaYat Hidup seseorang
terkait dengan seberapa tinggi Tingkat SPIRITUALITASNYA
PADA TUHANNYA"

"DON'T SAY IT BUT DO IT!!!
adalah kata-kata yang paling tepat untuk
seseorang yang sering MENGUMBAR MIMPI tanpa
pernah MENGEJARNYA..."

"Salah satu bukti Kekufuran kita adalah ketika kita
telah merencanakan kegagalan sebelum kita memulainya"

"Jangan Pernah mendahului NAsib dengan
bersikap Pesimis dan BErpikir NEGAtif

"DOA tanpa USAHA=BOHONG
USAHA tnpa DOA =SOMBONG

"Untuk menjadi Trainer HEBAT
EO HANDALdan INterpreneur SUKSES
hanya satu yang patut kita jadikan acuan hidup
yaitu kepribadian RASULULLAH SAW....

Pengembangan Akhlak Islami di Lingkungan Masyarakat

Dalam mengembangkan akhlak islami di lingkungan masyarakat, tidak terlepas dari menumbuhkan kesalehan social yang diawali dengan menumbuhkan kesalehan individu terlebih dahulu.Untuk itu,kita harus memiliki ilmu agama yang akan mengantarkan kita pada pengetahuan, pemahaman, dan pengertian yang benar.Itulah salah satu alasan diturunkannya surah al-alaq ayat 1-5 yang berarti:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmula Yang Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”Dengan membaca, akan membuka pintu wawasan ilmu yang luas.Sebagai seorang mukmin, kita diwajibkan untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.Setelah tahu ilmunya, faham artinya, mengerti tujuannya kita diwajibkan untuk mengaplikasikannya dalam sikap dan perbuatan yang mencerminkan keshalehan.
Segala bentuk keshalehan akhlak yang kita upayakan juga perlu dipupuk.Layaknya tumbuhan yang jika tidak dipupuk, disiram, dan dirawat secara teratur akan layu dan mati.Begitu pulalah dengan akhlak islami yang ingin kita kembangkan menjadi suatu bentuk keshalehan social.Kesalehan ini adalah buah dari proses pembelajaran dan penerapan yang kontinyuitas.Hingga akhlak tersebut dapat mengakar pada jiwa.
Akhlak ataupun pribadi yang baik merupakan modal awal untuk menebarkan benih-benih kebaikan di lingkungan sekitar.Kebaikan dan kesalehan yang telah dipupuk semenjak awal terbentuknya akan memancarkan sejuta kearifan bagi masyarakat luas.Tentunya akhlak islami itu sendiri harus menjadi sebuah prinsip atau komitmen yang diyakini.Apabila terdapat silang pendapat dengan pandangan orang lain, dengan komitmen inilah kita dapat mempertahankan apa yang kita yakini dengan memberikan argument sebagai pembelaan pada kebenaran.
Sebuah argument yang kita utarakan merupakan cara untuk mengembangan akhlak islami bagani orang-orang yang mendengarkannya, bahkan bagi siapapun yang berusaha membantahnya.Rasulullah SAW menggunakan metode ini dalam menghadapi kaum kafir Quraisy yang menolak secara terang-terangan ajaran Islam.Dengan sebuah argumentasi, orang dapat merubah pandangannya pada suatu hal dengan cepat.apalagi jika disampaikan dengan persuasive dan provokatif.
Da’wah islam tidak akan berkembang, apabila penda’inya kurang memiliki citra di mata mad’u (objek da’wah).Karena itulah, seorang da’i juga harus memiliki kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.Setelah memiliki kemampuan tersebut, yang harus dikembangkan berikutnya adalah proses pendekatan mad’u.Ada beberapa macam metode pendekatan ,di antaranya:
1. Pendekatan Ma’rifi:
Pendekatan ma’rifi merupakan pendekatan yang cenderung menggunakan aspek nalar ( kognitive). Hal-hal yang berkaitan dengan pendekatan ma’rifi ini di dalam al-Quran terdapat ayat ayat yang seringkali diikuti oleh redaksi kata yang menggunakan akar kata aql(ratio; akal) dan juga menggunakan kata tafakkur(thinking, cogitation; renungan)yang berakar dari kata fikr (fikrah, nalar).

Tujuan dari pendekatan ma’rifi ialah pendidik harus benar-benar mampu membedakan obyek yang aqli dan obyek yang fikri. Pendekatan aqli sering kali digunakan untuk hal-hal yang bersifat eksak sedangkan fikri (tafakkur) seringkali digunakan untuk masalah-masalah yang memerlukan penalaran atau perenungan.

2. Pendekatan Istiqra’i (induksi)
Pendekatan istiqra’i adalah pendekatan yang dilakukan dengan menganalisis secara ilmiah, dimulai dari hal-hal atau peristiwa yang khusus untuk menentukan hukum yang bersifat umum. Dalam hal ini seorang da’i banyak memberikan contoh dari Al-Qur’an terhadap fakta-fakta yang dikumpulkan pada rangkaian ayat guna mengambil kesimpulan.Dimulai dari memperhatikan bagaimana unta diciptakan, kemudian langit, gunung,dan bumi menjadi hamparan.Setelah memperhatikan bagian fenomena-fenomena alam kemudian diharapkan akan muncul kesadaran yang mampu membuat kesimpulan bahwa yang maha agung lagi besar dan menciptakan seluruh alam semesta adalah Allah.
3. Pendekatan Wijdaniy (emosi)
Pendekatan Wijdaniy adalah pendekatan yang dilakukan untuk menggugah daya rasa atau emosi peserta didik agar mampu meyakini, memahami dan menghayati materi yang disampaikan. Pendekatan ini seringkali digunakan agar mampu meyakini, memahami dan menghayati agamanya. Di dalam al-Qur’an pada surat al-Anfaal, ayat: 2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal (8:2).

Dari surat al-Anfaal di atas menunjukkan bahwa aspek emosi memiliki daya tangkap atau pengaruh yang besar terhadap fenomena yang muncul dari luar diri seseorang, dari yang didengar maupun yang dilihat, kemudian merasuk ke dalam jiwanya. Dicontohkan oleh ayat tersebut di atas bahwa seorang mukmin apabila di sebut nama Allah maka hatinya menjadi bergetar dan jika dibacakan ayat-ayat –Nya rasa imannya semakin bertambah serta menumbuhkan sikap tawakkal.

4. Pendekatan Ifrady (individual).
Pendekatan ifrady adalah pendekatan yang dilakukan untuk memberikan perhatian kepada seseorang dengan memperhatikan masing-masing karakter yang ada pada mereka. Mereka berperilaku dalam belajar,mengemukakan pendapat,berpakaian, daya serap, kecerdasan dan sebagainya memiliki karakter yang berbeda-beda. Dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda (92 : 4).
Dari ayat tersebut dijelaskan bahwa prilaku dan karakter setiap orang berbeda-beda dan masing-masing memiliki kelebihan atas yang lain. Bagi seorang pendidik hendaknya memahami dan menyadari perbedaan tersebut sehingga mampu berbuat yang terbaik untuk objek dakwahnya.
Cara yang paling efektik selama mengamalkan pendekatan personal ini ialah pendekatan secara santun, sehingga objek dakwah merasa dekat dan akrab. Sesekali berdialog ringan, apalagi ada sempel fakta betapa indahnya mereka yang berakhlak mulia.Hindari mencelanya .
Da'wah ini tidak akan bertahan lama jika hanya mengandalkan metode pendekatan, tetapi harus melangkah ke tahap "adzikru daaimaan" yaitu saling mengingatkan dalam kebaikan.Kita dapat memanfaatkan kemajuan tekhnologi dalam menyebarkan pesan-pesan islami yang bersumber dari Al-Qur'an atau hadits.Media informasi pun telah dilengkapi dengan jejaring sosial yang dapat membantu tumbuh kembang dakwah karena bisa merekrut masa lebih besar.Islam sejatinya tidak perlu memandang pihak mana yang merancang program tersebut, tetapi bagaimana kita sebagai generasi penerus dapat memanfaatkan segala produk tekhnologi yang ada demi pengembangan akhlak.
Sebagaimana yang telah dipaparkan pada sub bab sebelumnya, akhlak ialah sifat yang mengakar dalam jiwa dan melahirkan suatu kebiasaan.Kebiasaan itulah yang akan membawa seseorang kepada kondisi yang lebih baik akhlaknya dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, lingkungan hidupnya, dan Tuhannya.Apabila setiap individu telah mengalami pembiasaan dalam melaksanakan ibadah, maka secara bertahap, ia akan menjalankan ibadah kepada Tuhannya karena kebutuhan seperti yang dilakukan oleh generasi sohaabiyah terdahulu.Atas izinNya.
Setelah semua metode diupayakan, seorang da'i harus memiliki kekuatan untuk senantiasa istiqomah di jalan-Nya.Menyerahkan semua hasil di tangan Allah Swt.Menyeru dalam kebaikan telah menjadi tugas semua mukmin kepada saudaranya.Allah Swt hanya meminta kita bekerja dan bekerja.Pada akhirnya Dia lah yang berhak menetukan siapa yang pantas mendapatkan hidayahNya.
Allah telah memerintahkan Rasulullah Saw untuk menyampaikan wahyu-Nya, dan beliau menjadi suri teladan yang menjadi panutan umat.Maka sebenarnya tidak ada bagi manusia sesudahnya untuk tidak menirunya, atau enggan mempersiapkan diri untuk menyesuaikan diri dengannya.Barang siapa yang menyimpang dari contoh yang diteladankan itu, maka ia harus meluruskan dan menghentikan perbuatan itu.Jika penyimpangan tidak dicegah, maka ia akan semakin bertambah besar dan menjerumuskan manusia ke lembah kehinaan.Sama seperti kondisi umat di masa ini.Oleh karena itu, setiap orang harus melaksanakan perintah ini tanpa ragu-ragu, saling bahu-membahu dengan saudaranya untuk menumpas kejahatan sampai ke akar-akarnya.Setiap kajian-kajian ilmu yang telah terlaksana secara rutin, hendaknya memiliki peninjauan yang lebih lanjut disertai dengan aplikasi yang senantiasa dilatih bersama.Jadi bukan hanya sekedar kajian yang setelah usai tidak berpengaruh terhadap perbaikan jiwa.Masyarakat harus lebih mendayagunakan amaliah setelah mendapatkan teori-teori ilmiah seputar agama yang ini bisa terlaksana apabila sekolah-sekolah maupun lingkungan kerja yang menjadi subjek dalam penerapan akhlak.Dengan demikian kita akan menemukan masyarakat yang bersih, kuat, dan baik bangunannya, mempunyai cita-cita tinggi dan mulia, serta teguh iman.


DAFTAR PUSTAKA

• A.Fillah, Salim. Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim. Yogyakarta : Pro-U Media. 2007
• Al-Qardhawy, Yusuf Dr. Anatomi Masyarakat Islam. Jakarta: Pustaka AlKautsar.1999.
• Hardian, Novi. Super Mentoring. Bandung: Syamil.2007
• Ibrahim Syaqrah, Muhammad. Cara Praktis Memajukan Islam. Jakarta : Gema Insani Press.1993.
• Nasution, Harun. Perkembangan Modern Dalam Islam.Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. 1985.
• Quthb , Sayyid. Petunjuk Jalan(Ma'alim FiThoriq). Jakarta : Gema Insani Press.2001.
• http:///www.blogspot-tutorial.org/2010/0729.html.
• http:///www.blogspot.org/2010/0212/com.html.
• http:///www.wordpress.com.weblog/2011/0104/html.

Kamis, 21 April 2011

1. Masyarakat Modern di Era Globalisasi
Secara istilah, modern memiliki arti masa kini atau masa sekarang yang berkontradiksi dengan masa lampau.Istilah modern digunakan untuk mengartikan perkembangan suatu peradaban.
Menurut pemikiran Alex Inkeles dalam buku"Modernisasi;Dinamika Pertumbuhan" Masyarakat modern ialah masyarakat yang memiliki kesediaan untuk menerima pengalaman-pengalaman yang baru dan keterbukaan terhadap inovasi.Manusia yang memiliki sikap modern mampu membuat opini dan mengutarakannya pada orang lain dengan penuh rasa tanggung jawab.Opini meliputi semua kejadian di lingkungan kehidupannya, tetapi ia juga dapat menerima dan menghargai pendapat orang lain. Yang lebih penting lagi adalah mampu menganalisis berbagai pemikiran yang mungkin bermanfaat untuk kepentingan bersama.Orang modern sangat menghargai waktu, bekerja menurut rencana (terprogram), baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang.Setiap program kerja sudak difikirkan untung-ruginya dikemudian hari. Manusia modern sangat berorientasi pada implementasi ilmu dan teknologi. Dalam hal ini lebih mengutamakan kemanfaatannya untuk kelangsungan hidup, bukan prestisenya.Ia juga lebih sadar dan percaya bahwa ganjaran yang diterima sesuai dengan apa yang telah diusahakannya. Dia tidak mau menerima apa-apa yang tidak ada hubungannya dengan usaha.Setiap orang yang berprestasi layak menerima imbalan yang baik.Dari pemikiran tersebut dapat disimpulkan bahwa modern tidak dapat diukur oleh seberapa identiknya suatu masyarakat dengan budaya barat ataupun timur, tetapi lebih mengarah pada segi kualitas sumber daya manusianya dalam tata kelola kehidupan dan lingkungan.
Fakta yang terjadi pada era globalisasi dimana semua informasi dapat diakses secara mudah dan cepat bukan menunjukkan kemodernan melainkan kebobrokan.Suatu fenomena masyarakat yang mana orang-orangnya berperilaku hipokrit, mencari popularitas dan prestise.Nilai-nilai norma, etika, dan moral yang dianggap tabu.Para orang tua mengabaikan anak-anak mereka, anak-anak durhaka pada orang tua, bursa gosip, maraknya infotainment yang dijadikan sentral mode kehidupan, semangat jiwa dan dedikasi telah kalah menghadapi watak egoisme dan individualisme.Tanggung jawab padanya rusak, hati nurani terbeli dan segala perkara diputuskan dengan suap.
Sama sekali tidak. Masyarakat modern seperti inilah yang harus dipulihkan kesadarannya.Maka dalam masyarakat modern ini tidak ada dikotomi antara ilmu dan akhlak, antara seni dan akhlak. Sesungguhnya akhlak merupakan unsur dominan yang menguasai semua urusan kehidupan dan perilakunya, kecil dan besarnya, individual dan komunitasnya.

2. Masyarakat Islami yang Dirindukan
Terdapat fenomena sejarah yang patut diteladani dan dikaji setiap saat dalam proses pengembangan dakwah di zaman modern.Sejatinya, Islam pernah menghasilkan suatu generasi manusia, yaitu generasi sahabat(semoga Allah meridhoi mereka).Suatu generasi pilihan sepanjang sejarah umat manusia dan tidak ada satupun generasi yang mengulang keunggulannya dalam sejarah islam.Apa yang membedakan generasi terdahulu dengan generasi masa kini, dimana Al-qur'an yang menjadi sumber acuan di kala itu pun di masa sekarang memiliki substansi yang sama dan berada di genggaman kita sama seperti mereka yang mengacu kepadanya.Ini adalah suatu fenomena yang patut kita renungkan dengan seksama.
Yang membedakan hanya keberadaan pribadi Rasulullah secara fisik.Jika keberadaan Rasulullah SAW adalah suatu keharusan bagi pelaksanaan dan keberhasilan Islam, niscaya Allah SWT tidak menjadikannya sebagai dakwah untuk seluruh umat manusia, tidak menjadikannya sebagai risalah terakhir, dan tidak menyerahkan tanggung jawab memberikan tuntunan petunjuk kepada umat manusia di muka bumi kepada dakwah ini, hingga akhir zaman.Ini tidak akan menjadi tugas bagi kita sebagai generasi penerus perjuangan.
Namun, Allah SWT telah menjamin untuk memelihara Al-Qur'an.Seperti yang tertera dalam surah Al-Hijr: 9 yang berbunyi: "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." Hal ini membuktikan bahwa keberadaan maupun ketiadaan Rasulullah di tengah-tengah kita tidak dapat menjadi alasan mundurnya kejayaan Islam.
Sumber rujukan utama generasi syohabah ialah Al-Qur'an semata, sedangkan hadits Rasulullah dan petunjuknya hanyalah satu bentuk penjelas dari sumber tersebut.Yang membedakan dengan umat masa kini yaitu mereka telah mensterilkan jiwa mereka dari segala pengaruh peradaban luar yang masuk ke dalam lingkup peradaban mereka dengan menerapkan akhlak qur'ani sebagai prinsip hidup serta menjadikan sterilisasi ini sebagai metode yang terencana dan dikehendaki.Rasulullah ingin membentuk generasi yang bersih hatinya, akalnya, gambaran hidupnya, dan jiwanya dari segala pengaruh di luar Islam.Dengan begitu, generasi tersebut hanya merujuk kepada Al-Qur'an yang pada akhirnya mencetak generasi-generasi unggul yang belum pernah terulang oleh generasi berikutnya.
Sedangkan sumber generasi penerus telah tercampur oleh filsafat Yunani dan logika mereka, legenda Persia dan pola pandang mereka, Israiliyat Yahudi dan teologi Nasrani, dan pengaruh peradaban serta budaya lainnya.Semua itu tercampur dalam menafsirkan Al-Qur'an, bangunan ilmu kalam, juga dalam fiqih dan ushul.Dari racikan sumber-sumber itu, tercetaklah seluruh generasi berikutnya sehingga keberhasilan generasi pertama tidak pernah terulang kembali.
Faktor lain yang membedakan, yaitu perbedaan dalam menerima dakwah.Mereka (generasi pertama) membaca Al-Qur'an bukan untuk sekedar ingin tahu dan sekedar membaca, juga bukan sekedar untuk merasakan dan menikmatinya.Tidak seorang pun dari mereka yang mempelajari Al-Qur'an untuk sekedar menambah pengetahuan atau untuk menambah bobot ilmiah dan kepintaran dalam ilmu fiqih, tetapi mereka mempelajarinya untuk menerima perintah Allah SWT berkenaan dengan masalah pribadi mereka, masyarakat tempat mereka hidup, dan kehidupan yang dijalaninya bersama jama'ahnya.Mereka mendapatkan perintah Allah untuk segera diamalkan setelah mendengarnya, seperti seorang tentera dalam medan perang menerima perintah harian yang langsung ia kerjakan setelah menerimanya.Tidak ada dari mereka yang memperbanyak mempelajari Al-Qur'an dalam sekali pertemuan, karena ia merasa bahwa dengan memperbanyak membaca perintah Allah SWT berarti memperbanyak kewajiban yang harus mereka emban.Mereka cukup mempelajari sepuluh ayat hingga ia menghapal dan melaksanakan isinya.
Inilah generasi yang dirindukan.Miniatur peradaban Islam yang di atas awan bernaung oleh Al-AQur'an sebagai landasan dan prinsip hidup.Seperti merekalah seharusnya kita sekarang yang masih dapat menikmati Al-Qur'an dan memuliakannya.Kita tidak akan pernah bisa seperti generasi unggul terdahulu sebelum kita memiliki semnagat untuk mengetahui dan kemudian menjalankan apa yang terkandung di dalamnya.Agama ini butuh bukti bukan hanya teori yang telah banyak dikaji dan melahirkan beratus-ratus ulama besar namanya, tetapi dibarengi dengan kualitas umat yang semakin tahun semakin terkikis.jangan salahkan zaman ini, tetapi pribadi setiap individu muslimlah yang harus diperbaiki.Salah satunya dengan pengembangan akhlak islami yang bernafaskan qur'ani.

Pengembangan Akhlak Islami

A.Pengertian Akhlak
Pembangunan masyarakat sangatlah penting khususnya di era globalisasi saat ini,tetapi pembangunan menjadi tidak ada artinya ketika manusia itu sendiri rapuh.Manusia yang rapuh segi kemanusiaannya tidak dapat menjadi sendi ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.Oleh karena itu, membangun pribadi manusia yang seharusnya diutamakan terlebih dahulu dengan cara mengembangkan akhlak.Istilah akhlak berasal dari bahasa Arab yang mengalami perkembangan makna Secara bahasa,akhlak الأخلاق atau الخلق memiliki arti :
(1) العادة (adat kebiasaan)
Disebut demikian karena akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan dan tekanan dari luar karena telah mengakar pada jiwa dan berubah menjadi suatu kebiasaan.Contoh, seorang anak yang dari kecil telah dibiasakan untuk memberi, sampai ia tumbuh menjadi dewasa pun, ia akan tumbuh menjadi anak yang dermawan.Bukan karena lingkungan, tetapi karena ia sudah terbiasa.Sehingga berat baginya jika tidak berbagi dengan sesama.
(2)الطبيعة (tabi’at atau karakter)
Akhlak dapat dikatakan sebagai karakter dikarenakan karakter adalah etika atau sistem nilai personal yang ideal (penting dan baik) untuk eksistensi diri dan hubungannnya dengan orang lain dengan kata lain sifat yang dibentuk disertai dengan nilai-nilai yang diyakini benar oleh invidu untuk dirinya sendiri maupun dalam berhubungan dengan orang lain .

Contoh :Fulan adalah orang yang mudah sekali merasa iba jika melihat pengemis,dari sini dapat disimpulkan bagaimana akhlaknya ketika bermuamalah dengan fakir miskin
(3)السجية (perangai)
Perangai memiliki arti yang sepadan dengan perilaku. Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut. Perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.Akhlak merupakan representasi dari perangai yang juga merupakan reaksi.Reaksi seseorang terhadap sesuatu yang positif maupun hal yang negatif dapat mencerminkan akhlak mereka.Contohnya seseorang yang ditimpa suatu musibah, reaksi yang ia timbulkan saat menerima ujian tersebut dapat mengidentifikasi akhlaknya .
(4) المروءة (kehormatan, harga diri)
Di zaman globalisasi saat ini, banyak kaum wanita yang menggadaikan kehormatan mereka demi sesuap nasi.Banyak korban atas nama cinta yang merendahkan harga diri mereka di depan sang pujaan hati.Kerapuhan iman telah membutakan mata hati, hingga mengorbankan harga diri.Seandainya mereka fahami cinta sejati adalah cinta yang membuat kita tetap tinggi dan mulia yaitu cinta pada Ilahi.Cinta yang tidak merendahkan tetapi mengagungkan.Seorang mukmin sejati adalah yang senantiasa menjaga kehormatannya dan harga dirinya.Menjadikan iman sebagai prinsipnya.Oleh karena itulah harga diri dapat dijadikan cerminan akhlak dari personalitas manusia.
(5) الدين(pola hidup yang teratur)
Hidup manusia selalu mengalami siklus.Ada kalanya ia di atas dan adakalanya ia di bawah.Akhlak adalah cerminan dari keteraturan pola hidup dimana seseorang menjalani rutinitas yang teratur.Kebiasaan yang telah menjadi rutinitas telah mengakar dan mencerminkan kondisi diri kita.Begitu pula dengan akhlak.
Menurut terminologinya, para failasuf dari aliran sosialisme positif seperti Livi Brill menerangkan tiga pengertian akhlak :
1. Gagasan yang mengandungi konsep, hukum dan adat istiadat. Yaitu yang berkaitan dengan hak-hak manusia, kewajiban manusia antara satu sama lain yang diakui dan diterima oleh tiap-tiap individu pada umumnya pada masa tertentu atau peradaban tertentu.
2. Perkataan akhlak juga dipakai untuk menunjukkan ilmu yang mengkaji fenomena ini.
3. Kadang-kala ungkapan akhlak juga digunakan untuk menunjukkan penerangan-penerangan tentang suatu ilmu.
Menurut Durkheim sifat-sifat akhlak yang terpenting ialah soal kewajiban atau kebaikan ditinjau sebagai sistem dan kaedah tingkah-laku sosial. Juga ditinjau dari sudut penentuannya tentang tujuan yang baik bagi tingkah-laku manusia dan peranannya mendorong manusia melakukan kebaikan . Sedangkan menurut para cendekiawan muslim mengenai akhlak di antaranya :
1. Menurut Ibn Miskawaih (w 421 H/1030 M) Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa manusia yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu
2. Al-Ghazali (w. 550 H/1111 M): Akhlak adalah keadaan jiwa yang tertanam secara mendalam, melahirkan tindakan atau perbuatan dengan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.
3. Ibrahim Anis: Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa secara mendalam, daripadanya muncul perbuatan baik atau buruk tanpa mem-butuhkan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu;
4. Penyusun Dairat al-Ma’arif: Akhlak adalah sifat-sifat manusia yang beradab.
Dari berbagai definisi yang telah dipaparkan baik melalui aspek bahasa ataupun makna dapat disimpulkan, bahwa akhlak ialah suatu keadaan jiwa manusia yang telah mengakar dan dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bertingkah laku atau bersikap terhadap segala sesuatu yang berperan dalam kehidupannya.
Penerapan akhlak dalam kehidupan manusia secara universal, terbagi menjadi tiga bagian; akhlak mahmudah, akhlak madzmumah, dan akhlak islami.Dewasa ini negara yang mayoritas muslim dengan negara yang minoritas penduduknya muslim berada di jalur yang sangat kontradiktif dalam penerapan akhlak.Sebelum membahas lebih lanjut, mari kita kaji bersama pengertian tentang ketiga macam akhlak tersebut.

1. Akhlak Mahmudah
Perkataan mahmŭdah secara bahasa berarti dipuji atau terpuji, terambil dari kata kerja hamida, yang berarti memuji. Dalam istilah ilmu akhlak, al-akhlâq al-mahmûdah adalah perbuatan akhlak yang lulus dalam pertimbangan akal sehat dan hati nurani yang jernih hingga diterima dan dibenarkan oleh keduanya dan dinyatakan baik dan mulia Singkatnya, akhlak mahmudah adalah akhlak yang diakui, diterima, dan dinyatakan baik oleh akal budhi, hati nurani dan kesadaran kolektif masyarakat .
2. Akhlak Madzmumah
Perkataan madzmŭmah secara bahasa berarti dicela dan tercela, terambil dari kata kerja dzamma yang berarti mencela.Dalam istilah ilmu akhlak, al-akhlâq al-madzmûmah adalah perbuatan akhlak yang ditolak dan dinilai cacat (‘ayb) oleh akal budhi, hati nurani, dan kesadaran kolektif masyarakat.Al-Akhlâq al-Madzmûmah termasuk perbuatan syarr , yang menurut Al-Raghib al-Ashfahani, merupakan perbuatan yang dibenci oleh semua orang. Manusia dengan akal sehat dan nurani membenci perbuatan syarr dan bersimpati kepada perbuatan khayr. Membenci akhlak madzmûmah dan bersimpati kepada sikap dan perbuatan mahmûdah.Singkatnya, al-Akhlâq al-madzmûmah adalah semua sikap dan perbuatan manusia yang dinyatakan cacat oleh mata, semua tindakan, dan keadaan yang ditolak dan dinilai cacat oleh akal sehat dan nurani yang jernih, dibenci semua orang, serta ditolak oleh masyarakat.


3. Akhlak Islami
Perkataan al-Islâmiyyi (Islami) menunjukkan arti sifat. Jadi, akhlak Islami secara bahasa berarti akhlak yang bersifat Islami, yakni akhlak sesuai dengan ajaran Islam.Dalam ilmu akhlak, akhlak Islami ialah akhlak yang mahmûd fî al-dîn (terpuji dalam maupun menurut agama Islam).Akhlak Islami adalah akhlak mahmudah yang tidak hanya berdasarkan pertimbangan akal budhi, nurani, dan kesepakatan ummat, tetapi berdasarkan Al-Qur`an dan Al-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam yang darinya manusia memetik pelajaran dan dengannya pula manusia termasuk golongan yang mulia.Dalam melaksanakan setiap amalannya adalah niatan ibadah demi menggapai ridho Allah SWT bukan hanya atas pertimbangan akal budhi dan nurani.Setiap kebajikan ditunaikan karena dilandasi rasa tanggung jawab pada Allah, pada agamanya, dan pada ummat.Begitulah akhlak islami bekerja.
Sepintas akhlak mahmudah lebih luas cakupannya karena bisa diterima oleh umum,dan berlandaskan akal budi.Tetapi integritas tanpa iman yang ada pada akhlak mahmudah bisa memandang bunuh diri adalah sesuatu yang pantas untuk bertanggung jawab.Seperti halnya di Jepang.Seorang pejabat diketahui melakukan korupsi.Dengan digerakkan oleh akal budi dan hati nuraninya, ia mengundurkan diri dari jabatan dan bunuh diri sebagai solusi untuk mempertanggungjawabkan kesalahannya pada negara.Perbedaan mahmudah dan islami:jika islami melakukkan sesuatu atas dasar mencari keridhoan Allah yang memiliki unsur ibadah,keikhlasan,dan mencari kebaikan akhirat.Tabel Perbedaan antara Akhlak Islami dengan Akhlak Mahmudah:
Akhlak Islami Akhlak Mahmudah
1.Bersumber dari Tuhan
2.Tidak terikat ruang dan waktu
3.Menjamin kebajikan yang mutlak(orientasi dunia dan akhirat)
4.Bersifat universal yang dilandasi iman
5.Melakukan kebaikan dengan tujuan mendapatkan ridho Allah dan bernilai ibadah 1.bersumber dari hati nurani dan akal budhi
2.Menempatkan kebaikan sesuai dengan kondisi dan situasi serta lingkungan
3.Orientasi dunia saja
4.Universal yang tanpa iman(menjadi universal yang bersyarat)
5.Melakukan kebaikan untuk mendapatkan kepuasan batin semata.
Menjadi seorang muslim dapat dianggap sebuah takdir karena terlahir dari keluarga muslim, tetapi menjadi pribadi Muslim ialah suatu pilihan.Banyak orang yang mengaku dirinya muslim, tetapi tidak pernah menegakkan sholat serta menunaikan hak-hak Allah. Negara-negara yang mendeklarasikan keislamannya kepada seluruh dunia, tetapi belum memaksimalkan segala bentuk ketertiban sosial dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.Dengan atau tanpa kita sadari, Islam di zaman ini telah mengalami kemunduran yang meresahkan bukan karena kualitas substansinya yang menurun, melainkan para pelakunya yang telah merusak citra keislaman itu sendiri.